Kamis, 27 Februari 2025
Megengan merupakan unsur kegiatan lebih menuju suatu peringatan, yang dilakukan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pertahunnya, yaitu disaat mendekati bulan Ramadhan, Bulan yang penuh dengan keberkahan dan sehingga hal ini menjadi suatu tradisi. Menurut Wikipedia, Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan/ngempet. Ngempet sendiri mempunyai makna arti menahan, menahan diri dari suatu hal, kelakuan yang mendatangkan dosa sehingga menggugurkan aktivitas berpuasa yang dilakukan nanti pada saat memasuki bulan Ramadhan.
Nah oleh sebab itu kita ulas sedikit di artikel ini tentang megengan, tradisi masyarakat Jawa khususnya dalam menyambut bulan suci yang penuh dengan keberkahan, yaitu bulan Ramadhan.
Aktivitas ini dilakukan pada saat mendekati bulan puasa. Selain sebagai tradisi yang mengedepankan peringatan, megengan sendiri juga bertujuan sebagai pengingat bahwa nantinya disaat berpuasa kita haruslah menahan diri dari segala macam aktivitas buruk dan haruslah lebih dekat dengan Allah SWT serta selalu melakukan kebaikan. Biasanya Masyarakat berkumpul bersama di suatu tempat seperti masjid, musholla ataupun langgar, dipimpin para ulama, kyai atau ustadz sambil membaca dzikir tahlil, do’a untuk mendapatkan berkah dan ampunan sebelum bulan suci Ramadhan serta mendapatkan pahala dengan mendoakan pendahulu kita. Selain itu dalam tradisi ini juga sering diwarnai dengan penyajian makanan yang merupakan simbol rasa syukur dan berbagi sehingga mempertebal rasa kepedulian, mempererat rasa persaudaraan.
![]() |
Kegiatan Megengan di Musholla Nurul Hidayah Kedung Tarukan |
Aktivitas megengan ini sebenarnya tidak ada dalam tuntunan islam, sehingga menuai banyak kontroversi, ada yang pro ada pula yang kontra. Sebenarnya aktivitas ini hanyalah sebuah budaya, namun jika dilihat dari sisi keislamannya, aktivitas ini mengandung banyak kemaslahatan bagi masyarakat. Sehingga bisa dikatakan kegiatan budaya yang Islami.
Dapat kita lihat dari segi kebaikan – kebaikannya, seperti Mensiarkan agama islam karena sebagai bentuk pengingat akan bulan puasa, Sebagai bentuk bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberikan umur untuk berpuasa di bulan Ramadhan, Sebagai bentuk saling mendoakan kepada leluhur, orang tua, kerabat maupun masyarakat yang sudah mendahului kita dan hal juga disebut dalam surat Al-Quran Surat An-Nur ayat 22:
وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۖ وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur: 22)
Selain itu juga sebagai perwujudan dari saling beramal shodaqoh atau berbagi, sebagaimana yang tertuang dalam hadist Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi :
أَيُّمَا مُؤْمِنٍ أَطْعَمَ مُؤْمِنًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ ثِمَارِ الجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ سَقَى مُؤْمِنًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنَ الرَّحِيقِ المَخْتُومِ، وَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ كَسَا مُؤْمِنًا عَلَى عُرْيٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الجَنَّةِ
Artinya: “Siapa pun orang mukmin yang memberi makan mukmin lain saat lapar, Allah akan memberinya makan dari buah surga, siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin lain saat dahaga, Allah akan memberinya minum pada hari kiamat dengan minuman yang penghabisannya adalah beraroma wangi kesturi, siapa pun mukmin yang memberi pakaian mukmin lain saat telanjang, Allah akan memberi pakaian dari sutera surga” (HR. At-Tirmizi No. 2449).
Kebaikan lainnya juga sebagai bentuk ukhuwah islamiah dan silahturahmi sesama umat. Dan hal ini pun juga sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim.” (HR Bukhari).
Dari berbagai bentuk – bentuk kemaslahatan yang sesuai dengan Al-Quran dan hadist Nabi diatas, yang mengandung makna bahwa islam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan persaudaraan yang selalu menyayangi, cinta kasih sesama umat inilah yang kemungkinan diambil oleh para ulama terdahulu untuk melaksanakan dan mendakwakan kegiatan megengan.
Megengan bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi individu untuk menyiapkan diri secara mental dan spiritual dalam menyambut Ramadhan. Dengan menahan diri dari hal hal yang tidak baik, diharapkan masyarakat dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah puasa dan meningkatkan kualitas ibadah selama bulan suci.
Tradisi menunjukkan kepada kita betapa pentingnya nilai nilai kemanusiaan, kebersamaan, saling menghormati dan menjaga hubungan antar sesama umat, yang juga merupakan inti dari ajaran agam islam dan budaya masyarakat Indonesia.
Jadi dengan melihat segala kebaikan – kebaikan, kemaslahatannya serta tujuan dan pentingnya dari kegiatan Megengan diatas, apakah kita masih ragu akan hal ini???
Ikuti dan nantikan artikel kami yang lain, semoga bisa menjadi manfaat ya!!